Dalam suatu tim yang berinteraksi satu sama lain dalam mencapai tujuannya selalu mengalami perbedaan pendapat. Perbedaan Pendapat yang berlarut-larut akan menyebabkan konflik. Anggota tim perlu memahami bahwa konflik atau ketidaksepakatan adalah sesuatu yang tidak bisa dihindarkan dan tidak memiliki sifat baik atau buruk (konflik bersifat netral).

Konflik akan menghancurkan kemajuan tim jika dibiarkan tidak terkelola, tetapi juga dapat mengarah pada pengambilan keputusan yang mantap jika dikelola secara efektif. Hasil dari suatu konflik sangat tergantung pada bagaimana tim mengelolanya. Lalu apa sebenarnya yang dimaksud dengan konflik? Isyarat apakah yang merupakan gejala konflik dalam suatu tim? Bagaimana konflik merebak dan bagaimanakah respon terhadap konflik?
Kata konflik menimbulkan kesan tidak menyenangkan. Reaksi kita pada umumnya adalah negatif. Pada umumnya merupakan bahaya dan menyakiti perasaan orang lain. Kita cenderung menghubungkan konflik dengan kekerasan, krisis, perkelaian, perang, kalah, menang, kehilangan kendali dan lain sebagainya. Kebanyakan dari kata-kata ini memberikan gambaran adanya kerusakan besar, merasa disakiti, dan hubungan menjadi rusak. Haruskah demikian? Lalu apa sebenarnya konflik tersebut?

Konflik selalu melibatkan dua orang atau lebih (perorangan atau kelompok) yang terjadi apabila salah satu pihak merasa kepentingannya dihalang-halangi atau akan dihalang-halangi. Selanjutnya Hanmer dan Hogan dalam bukunya How to Manage Conflik mengatakan bahwa yang dimaksud dengan konflik adalah segala macam bentuk pertikaian yang terjadi dalam organisasi, baik antara individu dengan individu, individu dengan kelompok maupun kelompok yang bersifat antagonis.
Apabila konflik ini kita biarkan maka akan menghancurkan kemajuan tim, namun juga dapat mengarahkan pada pengambilan keputusan yang mantap bila dikelola dengan baik. Hasil dari suatu konflik tergantung pada bagaimana mengelolanya. Untuk itu perlu mengenali konflik secara dini. Isyarat adanya konflik antara lain:
- Anggota kelompok memberikan komentar dan saran dengan penuh emosi;
- Anggota tim menyerang gagasan orang lain sebelum gagasan tersebut diselesaikan;
- Anggota tim saling menuduh bahwa mereka tidak memahami masalah yang sebenarnya, Anggota Tim selalu beroperasi dan menolak untuk berkompromi; dan
- Anggota tim saling menyerang secara langsung pada pribadinya.
Konflik akan bertambah apabila:
- Tindakan bermusuhan; Anggota Tim memasuki permainan menang kalah. Mereka lebih senang memenangkan kemenangan pribadi daripada memecahkan masalah;
- Memegang posisinya dengan kuat; Anggota tim tidak melihat perlunya mencapai tujuan yang menguntungkan, mereka memegang teguh posisinya, mempersempit komunikasi dan membatasi keterlibatannya satu sama lain.
- Keterlibatan emosional; Anggota tim mempertahankan posisinya secara emosional.
Tidak setiap orang merespon terhadap konflik dengan cara yang sama, respon tersebut antara lain:
- Konfrontasi agresif,
- Melakukan manufer negatif,
- Penundaan terus menerus serta
- Bertempur secara pasif.

Namun ada pula anggota Tim merespon dari segi positif. Apabila hal ini yang terjadi maka pemecahan konflik mengarah ke hal yang positif. Sadar untuk Respon tersebut adalah mengarahkan energi secara sehat dan langsung untuk memecahkan masalah atau tidak ada reaksi secara emosional, melakukan upaya yang menanggapinya dengan cara rasional. Respon yang tepat ini akan memperkuat tim kerja dan melancarkan jalan untuk mengatasi konflik, Huruf Tionghoa krisis berarti kesempatan yang mengandung resiko.
Untuk itu maka perlu melihat konflik tidak selalu mengandung resiko, tetapi juga merupakan kesempatan-kesempatan yang bersifat petualangan, tantangan, dan kegembiraan. Biasanya sumber-sumber konflik itu:
- Menghalangi pencapaian sasaran perorangan;
- Kehilangan status;
- Kehilangan otonomi atau kekuasaan;
- Kehilangan sumber-sumber;
- Merasa diperlakukan tidak adil;
- Mengancam nilai dan norma; dan
- Perbedaan persepsi.
LANGKAH-LANGKAH DALAM MENYELESAIKAN KONFLIK DI LINGKUNGAN PERKANTORAN
Memiliki suatu Tim yang dinamis tidak akan membiarkan konflik berlarut-larut tetapi diselesaikan secara terbuka. Adapun bebarapa langkah dalam penyelesaian konflik tersebut secara skematis sebagai berikut:

Langkah pertama: Mengakui adanya konflik
Langkah ini merupakan langkah awal untuk penyelesaian konflik, tanpa mengakui adanya suatu konflik maka masalah tidak akan terpecahkan. Tim yang dinamis akan membahas konflik secara dini sehingga tidak menjadi penghalang bagi keberhasilan suatu Tim yang dinamis. Kearifan dari semua pihak sangat diperlukan dalam hal ini. Bacalah dan analisa dialog antara pimpinan Tim dan anggota Tim berikut ini:
“Tono adalah pimpinan bagian penjualan, akhir-akhir ini target penjualan menurun dengan tajam. Beliau mengumpulkan seluruh anggota Tim untuk membahas masalah tersebut. Beliau memberikan kesempatan anggota tim untuk mengemukakan ide-idenya. Tina dengan suara lantang dan penuh emosi mengatakan bahwa Rahmat lah penyebab seluruh penurunan omset penjualan tersebut, karena dalam promosinya kurang menggigit. Tina mendapat dukungan dari dua anggota tim yang lain. Namun Santo salah satu anggota tim yang lain mengatakan bahwa kesalahan ini tidak bisa dilimpahkan pada Rahmat saja karena banyak variabel yang mempengaruhi terhadap penurunan target tersebut antara lain adanya mutu serta kualitas produk, harga, pesaing dan lain sebagainya. Rahmat menahan emosi atas semua itu. Dengan penuh emosi Tina meningalkan ruang pertemuan tersebut diikuti oleh beberapa anggota tim yang lain.”
Langkah Kedua: Mengidentifikasi konflik yang sebenarnya
Langkah ini dalam kegiatan penelitian sering disebut dengan identifikasi masalah. Kegiatan ini sangat diperlukan dan memerlukan keahlian khusus. Mengapa demikian? Konflik dapat muncul dari akar masalah, tetapi juga karena masalah emosi. Kasus diatas setelah diidentifikasi ternyata lebih banyak dipengaruhi oleh dendam pribadi antara kelompok Santi dengan Adi, karena akhir-akhir ini Adi dan teman- temannya sering mendapat penghargaan pimpinan atas prestasinya.

Oleh karena itu, perlu memilah antara masalah inti dengan masalah emosional. Masalah inti adalah masalah yang mendasari suatu konflik (misalnya ketidaksepakatan adanya tugas) sedangkan isu emosional merupakan masalah yang akan memperumit masalah tersebut. Misalnya salah satu anggota Tim mendapat tugas yang sangat penting (masalah inti), orang lain merasa tersinggung (masalah emosional), untuk hal ini maka hendaknya Saudara mengatasi masalah yang inti terlebih dahulu.

Langkah Ketiga: Mendengar dari semua sudut pandang
Lakukan kegiatan sumbang saran. Libatkan mereka yang terlibat konflik untuk megungkapkan pendapatnya, hindarilah pendapat benar dan salah. Bahas juga mengenai dampak konflik terhadap Tim serta kinerja Tim. Fokuskan pembicaraan pada fakta dan perilaku bukan pada perasaan atau unsur pribadi. Hindari mencari-cari kesalahan orang lain, tetapi temukan mana yang terbaik jika dipandang dari sisi positif.
Langkah Keempat: Bersama mengkaji cara untuk menyelesaikan
Dalam kegiatan ini diskusi terbuka sangat diharapkan. Karena dengan diskusi terbuka bisa memperluas informasi dan alternatif serta bisa mengarahkaan pada rasa percaya dan hubungan yang sehat diantara yang terlibat. Dalam Tim yang efektif tidak seluruh anggota kelompok menyukai satu sama lain, tetapi yang utama adalah mampu bekerja sama secara efektif.


Langkah Kelima: Dapatkan kesepakatan dan tanggung jawab untuk menemukan solusi
Memaksakan kesepakatan akan berakibat fatal. Oleh karena itu, doronglah mereka untuk bekerjasama memecahkan permasalah secara jitu. Buatlah semua anggota Tim senang terhadap solusi yang dihasilkan. Oleh karena itu solusi harus diusahakan secara bersama-sama. Salah satu cara yang disarankan agar orang lain mau menerima saran yang diajukan adalah memposisikan dirinya pada peran orang lain, masing-masing anggota Tim mempresentasikan pendangan orang lain.
Langkah Kelima: Dapatkan kesepakatan dan tanggung jawab untuk menemukan solusi
Pemberian tanggungjawab untuk melaksanakan komitmen sangat dihargai oleh anggota Tim. Mengkaji resolusi sangat diperlukan untuk mengetahui tingkat keefektifan resolusi yang telah diberikan.
Konflik apabila dihindari maka akan berdampak terhadap keefektifan suatu tim sehingga produktivitas tim akan menurun. Sebaliknya konflik akan menjadi sehat apabila pihak-pihak yang terlibat mau menjajaki ide-ide baru, menguji posisi dan keyakinan mereka serta memperluas wawasan imajinasi mereka. Konflik yang ditangani secara konstruktif akan merangsang anggota tim lebih kreatif sehingga akan memperoleh hasil yang terbaik. Oleh karena itu, setiap anggota tim dalam menghadapi suatu konflik mempunyai gaya dalam menanggapi konflik.



SG8 Group
Sutanto Group (SG8) adalah perusahaan induk yang telah didirikan sejak tahun 1989 dan mencakup PT Citra Mandiri Cemerlang Prima serta PT Dwitunggal Jaya Pratama Maju sebagai anak perusahaannya.
Selama 35 tahun, kami telah membantu banyak klien dari baik perusahaan lokal maupun multinasional. SG8 Group adalah merek baru kami untuk perusahaan induk, yang juga memiliki layanan:
- Manpower Supply
- Facility & Cleaning Services
- Company & Personal Vehicle Rental
- Business Consulting & Strategy Development
- Messenger Service Document Export-Import
- Branding Activation

Dengan cakupan layanan yang luas dan pengalaman yang terus berkembang, SG8 Group hadir sebagai mitra yang memahami dinamika bisnis di berbagai industri. Kami percaya bahwa setiap kebutuhan operasional memerlukan pendekatan yang tepat dan dapat diandalkan.
Jika Anda sedang mencari Solusi yang mampu mendukung keberlanjutan dan pertumbuhan bisnis Anda, SG8 Group siap menjadi bagian dari perjalanan tersebut.
Kami terbuka untuk diskusi awal atau konsultasi tanpa biaya agar kami dapat memahami kebutuhan spesifik perusahaan Anda dan menawarkan solusi yang paling sesuai.
Untuk informasi lebih lanjut dan atau untuk mengatur waktu diskusi hubungi kami di: